Rabu, Juli 11, 2012

Yang Berakhir.. Sudah

Sudah berakhir. Akhirnya. Finish.
Akhirnya aku menuliskannya setelah mengendap dan perlu udara. Setidaknya, aku sudah bisa bergerak dan kembali ke barisanku lagi. Kehidupanku. Dan aku siap bercerita lagi. Ini tidak seperti yang kubayangkan sebelumnya. Yah, setidaknya saat ego sudah mereda dan kekecewaan hanyalah sebuah perasaan yang mudah berubah, saat rasio dan pikiran sudah kembali pulih. Semua hanya cerita dan aku pencerita.

Setelah pada akhirnya aku yang harus membuatnya menegaskan padaku. Bagi beberapa orang, berlaku hal macam, siapa butuh dia yang harus datang.. -__-  Okeh, baiklah bukan itu yang terpenting. Bukankah sesuatu yang dimulai jika tidak dapat dipertahankan lagi yah harusnya diakhiri saja. Dengan baik.

Tidak semua perempuan bisa diperlakukan sama. Bukankah perempuan itu punya nama dan wajah yang berbeda? Seharusnya (semua) laki-laki menyadari hal itu. Kami (perempuan) tidak semuanya sama, seperti dalam artikel majalah dan internet.

Aku tahu. Bahkan jika disangkal ribuan kali pada akhirnya aku selalu tahu. Bagaimanapun caranya. Aku selalu menarik kejujuran dari universe, apapun resikonya. Dalam paket lengkap, semua hal yang kuduga dan kuyakini, dan semua hal yang kuduga tapi aku paksa tidak kuyakini, dia lakukan. Terlalu. Aku hanya tidak menduga hal ini terjadi pada seorang 'aku'. Seorang perempuan kayak 'aku'. Tetapi sebuah kesadaran baru muncul, saat seorang teman bilang, 'perempuan kayak apa maksud lo?'

Rasanya saat itu, seketika itu pula, jarum jam berhenti. Kedua ibu jari yang tadinya menari-nari mengetikkan kalimat demi kalimat dalam chatting kami di atas tabbitem, mengambang di udara.
Aku tergugu. Aku lupa.
Saat itu pula konsep tentang perempuan baik-baik akan diperlakukan baik-baik juga, adalah teori anak kelas 5 SD. Teman yang berjarak ribuan kilometer itu mengingatkan tentang, hidup itu nggak ideal, jendral. Hukumnya jangan nyubit klo nggak mau dicubit itu nggak begitu dalam prakteknya.

Rasanya saat itu aku merasa bodoh sekali. Ibarat menumpang mobil yang dikendarai Afriani, apakah semua penumpang mobil pembunuh itu orang jahat? Tidak bukan. Lalu kenapa semua seolah terseret dalam kasus yang sama. Saat itu pula aku merasa sebagai penumpang yang kurang beruntung.

Yah.. Nggak ada yang sempurna, sekalipun kita berusaha mencoba. Yang aku tahu, aku pasti bisa melalui ini semua. Ini belum seberapa, seharusnya tidak membuatku memperlambat langkahku. Ini belum jauh. Hatiku belum jauh bermain meskipun aku dengan kesadaran dan ketulusanku meletakkan hatiku di tempat itu. Setidaknya aku belajar. Aku telah berusaha membuka hatiku untuk orang lain. Menerima kehadirannya, lengkap dengan kelebihan dan kekurangannya, serta bertoleransi terhadap hal-hal yang bukan prinsip. Sayangnya, Allah berkehendak lain. Cuma satu yang boleh masuk dan menetap, tidak boleh dua. Aku patut bersyukur. Mungkin di masa lalu aku pernah berbuat baik dan Allah membalasnya sekarang, melindungiku.

Tidak banyak tempat bagiku menceritakan ini semua. Bukan karena malu, tetapi karena aku nggak suka tatapan kasihan mengarah padaku. Cukup mamam yang melihatku lirih, sekalipun aku tidak mengatakan semuanya. Biasanya yang ada di posisi ini bukan aku. Biasanya peranku adalah mendengar, membesarkan hati, mendukung atau sedikit menasehati. Ini semua sudah cukup menjadi pukulan kecil yang kuantitasnya tidak sedikit, dan aku tidak ingin pukulannya mengenai orang lain. Aku berharap aku bisa menangis, tetapi yang terjadi aku bahkan tidak mampu menangisi ini semua. Semoga jika saatnya aku menangis, aku harap aku hanya menangisi perbuatannya saja.

Aku hanya berharap masih bisa berteman. Karena bagaimanapun aku dan dia pernah sama-sama hadir untuk satu sama lain. Betapapun buruknya yang dia lakukan di mataku, tetapi aku justru kasihan padanya. Aku kecewa dengan perbuatan dan sikapnya -semuanya. Bukan pada orangnya. Aku mencari di mana letak kesalahanku. Tetapi aku terlalu lelah mencari, karena semua memang berasal darinya.
Semoga dengan mengenalku dia tahu, tidak semua perempuan itu sama. Semoga suatu hari nanti ia bisa menjadi seorang pria dengan keteguhan dan sikap dewasa.

Terima kasih sudah mewarnai hidupku. Membuatku tambah mengerti perempuan dengan 'kualitas' seperti apa diriku ini, membuatku tambah tahu perempuan yang bisa/tidak diperlakukan bagaimana aku ini dan perempuan yang menginginkan dan membutuhkan laki-laki seperti apa aku ini.
Kesalahanku adalah aku tidak memiliki semua 'kualitas' wanita yang membuat dia mempertahankanku dengan keteguhan, keyakinan dan kemandirian seorang pria. Sedangkan kesalahannya adalah dia belum menjadi seorang pria yang mampu membuat aku meminta dia pada Allah.
Yang selalu aku tahu, seperti yang dikatakan zefty dan ziyan pada akhirnya, aku akan baik-baik saja. Selalu. Terima kasih.

Published with Blogger-droid v2.0.4

Tidak ada komentar:

 
;